Category Archives: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat

FARMASI UJI DAYA HAMBAT INFUS MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi

BAB  I

PENDAHULUAN

Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang terjadi karena infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Tifoid berasal dari bahasa Yunani yang berarti “smoke”, karena terjadi penguapan panas tubuh serta gangguan kesadaran disebabkan demam yang tinggi. Penularannya dapat melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh, urin atau feases manusia yang telah terinfeksi    (1, 2).

Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh bersama makanan atau minuman yang tercemar melalui lambung, kelenjar limfoid, usus halus dan kemudian masuk ke dalam peredaran darah. Bakteri tersebut masuk ke dalam peredaran darah berlangsung singkat, terjadi 24 – 72 jam tetapi belum menimbulkan gejala. Setelah akhir masa inkubasi 120 – 216 jam bakteri tersebut melepaskan endotoksin, menyebar ke seluruh tubuh dan menimbulkan gejala demam tifoid (3, 4).

Salah satu tanaman yang digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Gowa sebagai obat tradisional untuk demam tifoid adalah meniran (Phyllanthus niruri L., suku Euphorbiaceae) dengan cara merebus, kemudian meminum air rebusannya. Tanaman ini mudah diperoleh dan tidak mengakibatkan efek samping, serta harganya yang lebih murah dibandingkan dengan obat sintetik.

Meniran mengandung senyawa filantin dan hipofilantin, yang dapat  mencegah pertumbuhan bakteri. Di samping itu meniran mengandung senyawa flavonoid, lignan yang terdiri dari; nirfilin, filnirurin, isolintetralin, nirtetralin, dan filantustatin A, damar, tanin, serta mineral terutama kalium. Selain itu tanaman meniran dapat pula digunakan untuk diare, varises, menambah nafsu makan dan mengatasi penyakit kencing batu. (5, 6)

Permasalahan yang timbul dari uraian di atas adalah sejauh mana pengaruh infus meniran terhadap pertumbuhan bakteri penyebab demam tifoid sehingga dapat diketahui efektivitas dalam pengobatan demam tifoid. Berdasarkan permasalahan ini maka telah dilakukan penelitian mengenai uji daya hambat infus meniran dengan maksud untuk mengetahui daya hambat infus meniran terhadap bakteri penyebab demam tifoid, dan bertujuan untuk mengetahui efektivitas anti mikroba infus meniran dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20% b/v terhadap bakteri S. typhi.



STUDI TENTANG SANITASI LINGKUNGAN HOTEL KELAS MELATI KOTA KENDARI TAHUN 2003

BAB  I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dewasa ini pemerintah telah berusaha meningkatkan pendapatan negara pada sektor non migas. Sejalan dengan itu, pemerintah terus melaksanakan pembangunan di berbagai sektor antara lain sektor pertanian, industri dan pariwisata.

Pembangunan sektor pariwisata merupakan bagian dari pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan sektor-sektor lainnya yang terus di upayakan peningkatan dan pengembangannya sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan dalam perolehan devisa.

Sejalan dengan perkembangan pembangunan pada umumnya maka dunia usaha ikut berkembang pula. Konsekuensi dari meningkatnya usaha ini lahirlah persaingan yang semakin ketat, sehingga tiap-tiap perusahaan dituntut untuk mampu menciptakan keunggulan-keunggulan dalam bersaing. Sebab jika tidak maka perusahaan tersebut akan tersungkur dari persaingan-persaingan yang semakin ketat dalam menghadapi otonomi daerah.

Pariwisata sebagai salah satu sektor andalan yang terpenting bagi penerimaan devisa non migas sejak dekade  terakhir diperkirakan memberikan sumbangan sekitar 15 % dari penerimaan devisa negara dengan jumlah wisatawan mancanegara yang diproyesikan pada tahun 1997 sebanyak 5 juta orang pengunjung. (http://www/badung.go.id)

Hal ini dapat memperluas kesempatan kerja dan berusaha mendorong pembangunan daerah, peningkatan kegiatan ekonomi, memperkenalkan alam dan nilai budaya serta memupuk rasa cinta tanah air.

Sejalan dengan hal tersebut maka kebutuhan akan jasa perhotelan akan semakin meningkat dan penting, seiring dengan peningkatan arus wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Perkembangan usaha perhotelan di daerah dipengaruhi oleh perkembangan kota dan mobilitas masyarakat. Hal ini menyebabkan dibutuhkannya tempat penginapan yang cukup memadai baik dari segi fasilitas pelayanan, transportasi yang lancar, kenyamanan lingkungan serta didukung oleh masyarakat yang ramah dan peduli terhadap lingkungan.

Di daerah Sulawesi Tenggara pelaksanaan pembangunan dan pengembangan sektor pariwisata khususnya sub sektor perhotelan terus di galakkan dalam upaya pengembangan kawasan obyek wisata dan juga dalam upaya pemerintah daerah Sulawesi Tenggara dalam penambahan pendapatan daerah dan ikut menyukseskan kepariwisataan nasional.

Jasa pelayanan hotel disamping mempunyai dampak positif sebagai tempat istirahat yang baik dan kesenangan hidup juga dapat menimbulkan dampak terhadap masalah kesehatan masyarakat.

Di Kota Kendari terdapat 45 buah hotel yang berklasifikasi melati. Dari 45 buah yang terdaftar dan telah diperiksa yang memenuhi syarat sebanyak 23 (51,11 %) buah hotel sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 22   (48,89 %) buah hotel (Dinas Kesehatan Kota Kendari, tahun 2002).

Mengingat pentingnya perlindungan masyarakat terhadap gangguan disebabkan oleh hotel baik sebagai tempat tinggal untuk menyediakan jasa pelayanan maupun sebagai tempat umum maka persyaratan sanitasi hotel harus mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia  No.80 / MENKES / PER / II / 1990 tentang Persyaratan Kesehatan Hotel.

Adapun yang menjadi ruang lingkup fasilitas sanitasi pada penulisan ini adalah Penyediaan Air Bersih, Pembuangan Air Limbah, Pengelolaan Sampah, serta Sarana Jamban.

Kondisi hotel yang tidak memenuhi syarat kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : pendidikan, pengetahuan, sikap, pembinaan Dinas Kesehatan, ketersediaan dana dan manajemen.

Dengan memperhatikan kondisi hotel kelas melati di kota Kendari, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul studi tentang Sanitasi Lingkungan Hotel Kelas Melati  Kota Kendari tahun 2003.

B.     Batasan Penelitian

Melihat luasnya ruang lingkup masalah sanitasi hotel, maka penulis membatasi penelitian ini pada masalah sanitasi lingkungan hotel meliputi Penyediaan Air Bersih, Pembuangan Air Limbah, Pengelolaan Sampah dan Sarana Jamban pada hotel kelas melati.

C.    Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

  1. Apakah  sarana  penyediaan  air  bersih  pada hotel kelas melati di Kota Kendari telah  sesuai dengan   Peraturan  Menteri  Kesehatan  Republik  Indonesia No. 80   / MENKES / PER / II / 1990 ?
  2. Apakah  sarana pembuangan air limbah pada hotel kelas melati di Kota Kendari telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 80   / MENKES / PER / II / 1990 ?
  3. Apakah sarana pengelolaan sampah pada hotel kelas melati di kota Kendari telah sesuai dengan  Peraturan  Menteri  Kesehatan  Republik Indonesia No. 80   / MENKES / PER / II / 1990 ?
  4. Apakah   sarana   jamban  pada   hotel  kelas  melati  di Kota  Kendari  telah   sesuai   dengan  Peraturan  Menteri  Kesehatan  Republik  Indonesia  No. 80/MENKES/PER/II/1990 ?

D.    Tujuan Penelitian

1.  Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi tentang gambaran sanitasi lingkungan pada hotel kelas melati di Kota Kendari tahun 2003.

2.  Tujuan Khusus

  1. Untuk memperoleh gambaran tentang sarana penyediaan air bersih pada hotel kelas melati di Kota Kendari.
  2. Untuk memperoleh gambaran tentang sarana pembuangan air limbah pada hotel kelas melati di Kota Kendari.
  3. Untuk memperoleh gambaran tentang sarana pengelolaan sampah pada hotel kelas melati di Kota Kendari.
  4. Untuk memperoleh gambaran tentang sarana jamban pada hotel kelas melati di Kota Kendari

E.     Manfaat Penelitian

  1. Sebagai sumber informasi kepada pemerintah daerah setempat dalam upaya pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, khususnya hotel.
  2. Sebagai bahan informasi bagi pemilik/pengelola hotel yang menjadi obyek penelitian dalam pengelolaan sanitasi agar dapat memenuhi syarat kesehatan.
  3. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan hotel.
  4. Sebagai pengalaman berharga bagi penulis dalam upaya menerapkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Jurusan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin melalui penelitian lapangan.

HUBUNGAN KONDISI JAMBAN KELUARGA DAN SARANA AIR BERSIH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DIARE DIKELURAHAN WUA – WUA KECAMATAN BARUGA

BAB I

PENDAHULUAN

  1. A. Latar Belakang

Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survei yang dilakukan angka kesakitan diare pada semua golongan umur pada saat ini adalah 280/1000 penduduk. Pada golongan balita episode diare adalah 1,5 kali pertahun.

Jika dilihat angka kematian yang berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT 1995) bila diproyeksikan pada penduduk Indonesia setiap tahunnya terdapat 112.000 kematian. Pada semua golongan umur (54/100.000 penduduk) pada Balita terjadi 55.000 kematian (2,5 / 1000 Balita).

Penyakit diare juga sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan frekuensi dan kematian yang cukup tinggi yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat dan berdampak pada sektor-sektor lain.

Selama Repelita VI, rata-rata setiap tahunnya terjadi 127 KLB Diare dengan CFR (Case Falahty, Rate) antara 1-3,8 %. Hal ini tersebut terjadi karena di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan sosial, ekonomi dan prilaku masyarakat.

Dalam upaya mencapai visi Indonesia sehat 2010, sebagai pengejawantahan paradigma sehat maka program secara paripurna dan profesional. Depkes RI, P2M & PLP, Jakarta 2000.

Saat ini angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit yang berbasis pada lingkungan seperti ISPA, penyakit kulit dan diare masih merupakan penyakit menonjol dalam 20 besar, dan khusus penyakit diare untuk tingkat Kecamatan Baruga menempati urutan ke-3 penyakit di Kota Kendari, oleh karena itu pemerintah Kota Kendari melalui Dinas Kesehatan telah menetapkan upaya program kesehatan khususnya menurunkan angka kejadian penyakit diare menjadi 1/1000 jiwa. (Renstra Pembangunan Kesehatan Kota Kendari Tahun 2002-2006).

Pada tahun 2002 jumlah penderita penyakit diare di Kota Kendari mengalami peningkatan dimana dari 205.119 jumlah penduduk, terjadi 5.876 penderita. Jika dibanding dengan jumlah penderita pada tahun 2001 sebanyak 5.168 penderita dari 204.239 jumlah penduduk pada saat itu. Di Kecamatan Baruga, pada tahun 2002 terdapat 1.007 kasus diare atau terjadi peningkatan sebanyak 87 kasus dari tahun 2001 yang berjumlah 920 kasus

(Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Kendari Tahun 2002)

Kejadian diare sangat erat hubungannya dengan kondisi jamban keluarga dan air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan di Kelurahan Wua-Wua. Berdasarkan data sarana air bersih dan jamban keluarga di Kelurahan Wua-Wua Kecamatan Baruga Kota Kendari tahun 2002 cakupan jamban sebesar 43% dan cakupan air bersih sebesar 50% dari cakupan tersebut 32% diperoleh dari sumur gali (data Puskesmas Perumnas tahun 2002).

Salah satu wilayah kerja puskesmas perumnas yang mencapai insiden rate tertinggi adalah Kelurahan Wua-Wua dengan jumlah penderita diare 533 Penderita  32 % dari jumlah penduduk kelurahan Wua-Wua sebanyak 1659 K K atau 7240 jiwa. (laporan tahunan Dinkes Kota Kendari tahun 2002).

Sehubungan dengan penderita diare di Kelurahan Wua-Wua tahun 2002 cakupan jaga sebanyak  70 % dari 909 rumah termasuk yang memenuhi syarat 69,3% yang tidak memenuhi syarat 30,7 % sedangkan jumlah sarana air bersih sebanyak 780 buah terdiri dari PDAM 721 buah, sumur gali 46 buah dan sumur boor 3 buah dengan jumlah cakupan 85% yang memenuhi syarat 80 %  yang tidak memenuhi syarat 20 % (Data Puskesmas Perumnas Tahun 2002) data tersebut dapat diketahui cakupan jaga dan SAB masih belum terpenuhi atau dibawah standar.

Adapun cakupan jaga secara nasional untuk daerah perkotaan yaitu 79 % dan untuk daerah pedesaan 49% (Depkes, 1998) cakupan sarana air bersih secara maksimal untuk daerah perkotaan yaitu 100 % dan untuk pedesaan 80 %.

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapatlah dirumuskan masalah sebagai berikut

  1. Adakah hubungan antara kondisi jamban keluarga dengan kejadian penyakit diare di Kelurahan Wua-Wua Kecamatan Baruga Kota Kendari ?.
  2. Adakah Hubungan antara kondisi sarana air bersih dengan kejadian penyakit diare di Kelurahan Wua-Wua Kecamatan Baruga Kota Kendari.  ?

C.  Tujuan Penelitian

1.   Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan keadaan jamban keluarga dan ketersediaan sarana air bersih dengan kejadian penyakit diare di Kelurahan Wua-Wua Kecamatan Baruga Kota  Kendari.

  1. Tujuan Khusus
  2. Untuk megetahui hubungan antara kondisi jamban keluarga dengan kejadiaan penyakit diare di Kelurahan Wua-Wua Kecamatan Baruga.
  3. Untuk megetahui hubungan antara kondisi sarana air bersih dengan kejadian penyakit diare di Kelurahan Wua-Wua Kecamatan Baruga.
    1. Manfaat Ilmiah

D.   Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmiah, yaitu pengetahuan tentang teori dan konsep dan upaya pencegahan penyakit diare.

  1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat membuahkan pokok-pokok pikiran yang kemudian dapat dikembangkan dan disumbangkan untuk menurunkan angka kematian karena penyakit diare.

  1. Manfaat Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi yang akurat dalam menyebarkan informasi dan dapat dikembangkan bagi peneliti selanjutnya.

  1. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan pengalaman berharga dalam upaya menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kejadian penyakit diare, disamping sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat  Universitas Hasanuddin.


HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI KECACINGAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN MANGGA DUA KECAMATAN KENDARI KOTA KENDARI

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Cacingan merupakan penyakit endemik dan kronik dengan pravalensi tinggi. Penyakit itu memang tidak mematikan, namun dapat menggeroti kesehatan dan menurunkan mutu sumber daya manusia. Ada 3 jenis cacing yang hidup dan berkembang biak sebagai parasit didalam tubuh manusia seperti cacing gelang hidup, dengan mengisap sari makanan, cacing cambuk selain mengisap makanan juga mengisap darah, sedangkan cacing tambang hidup dengan mengisap darah saja, sehingga penderita cacingan akan kurus, dan kurang gizi, pada gilirannya menjadi mudah lelah, malas belajar, daya tangkap menurun bahkan mengalami gangguan pencernaan (diare) yang berujung pada rendahnya mutu sumber daya manusia dan merosotnya praduktivitas (www. Kompas. Com.kompas/0303/ 02/iptek)

Melihat dampak penyakit kecacingan tersebut, maka pemerintah telah melakukan berbagai pendekatan pemberantasan kecacingan. Dalam pemberantasan kecacingan, perlu dilihat dulu seberapa besar masalah kecacingan diwilayah tertentu. Kemudian seluruh unsur terkait bersama-sama menyusun kebijakan yang strategis dan intergratif sesuai dengan kebutuhannya daerah itu. Ada juga komponen penting yang perlu diperhatikan, yakni pemberian obat, penyuluhan yang lokal spesifik dan pemberantasan penyakit yang berbasis, lingkungan (http://groups. Yahoo. Com/group/pelita/massage/171).   Senapas dengan semangat desentralisasi, pembangunan kesehatan memang akan diarahkan dengan berbasis wilayah, dan diharapkan dapat ber implementasi dengan baik mulai 2001. Problem horizontal harus menjadi perhatian para manajer kota/wilayah (pemda) dalam menyusun kebijakan. (http://groups.Yahoo.Com/ group/pelita/massage/171)

Morbiditas infeksi cacing tambang pada daerah endemis berlangsung terutama pada anak-anak pada 1 penelitian separuh dari anak-anak terinfeksi sebelum umur 5 tahun, 90 % terinfeksi pada umur 9 tahun. Intensitas infeksi meningkat hingga umur 6-7 tahun dan mengalami stabilitas selama beberapa tahun. Anak-anak yang baru terinfeksi rata-rata mendapat 2 cacing betina terdapat penambahan neto sebesar 2,7 parasit/tahun (Richard E Behrman, 2001).

Berdasarkan Tap. MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN 1999 – 2002 tentang arah kebijakan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut.

Di Indonesia, setiap tahun lebih dari 3.500.000 anak-anak dibahwah umur tiga tahun diserang oleh berbagai jenis penyakit perut dengan jumlah kematian sekitar 105.000 orang. Jumlah tersebut akan meningkat lebih banyak pada daerah/tempat yang keadaan sanitasi lingkungannya berada pada tingkat yang rendah ini misalnya kita dapati pada daerah perkampungan padat dengan selokan, perkarangan, dan tempat-tempat MCK nya tidak teratur dan tidak terpelihara sebagaimana mestinya (Unus Suriawiria, 2000).

Penyakit infeksi kecacingan atau bisa pula disebut dengan penyakit cacingan sangat berkait erat dengan masalah hygiene dan sanitasi lingkungan. Di Indonesia masih banyak bertumbuh subur penyakit cacing penyebabnya adalah hygiene perorangan sebagian masyarakat masih kurang. Kebanyakan penyakit cacing ditularkan melalui tangan yang kotor. Kuku jemari tangan yang kotor dan panjang sering terselipi telur cacing anak sering bermain tanah. Orang dewasa bekerja di kebun, disawah atau paya (Hendrawan Nadesul, 2000).

Untuk propinsi Sulawesi Tenggara Prevalensi kecacingan hasil survey tahun 2000 adalah 40,01%, untuk Kabupaten Kendari yaitu sebesar 31,12%, Kecamatan Landono 32,01% .berbagai upaya telah dilakukan di propinsi Sulawesi Tenggara dalam menanggulangi infeksi kecacingan antara lain melalui penyuluhan, namun hasilnya belum menggembirakan.

Pada tahun 2001, Pemerintah Kota Kendari melalui Dinas Kesehatan Kota telah menetapkan targer group (sasaran) program pembangunan dibidang kesehatan yang ditetapkan dalam Rencana Strategi (Renstra) pembagunan kesehatan Kota Kendari tahun 2001-2005 yaitu upaya pemberantasan penyakit cacing dan menurunkan prevalensi dan intensitas penyakit cacing 30% tahun 2001 menjadi 27 % tahun 2002 (Renstra pembangunan kesehatan Kota Kendari tahun 2001-2002).

Sementara berdasarkan data profil kesehatan Kota Kendari jumlah penderita cacing tahun 2001 sebanyak 432  orang dan tahun 2002 menjadi 467, dari data tersebut dapatlah diketahui bahwa terjadi pertambahan jumlah penderita sebanyak 35 orang atau 7% (Profil Kes. Kota Kendari tahun 2001 dan 2002). Menurut data profil Puskemas Mata Tahun 2002 penderita penyakit kecacingan berjumlah 205 orang anak dari jumlah tersebut terdapat 85 orang anak atau 34 % yang berdomisili di Kelurahan Mangga Dua .

B.     Rumusan  Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini sebagai berikut “Apakah ada hubungan antara Sanitasi Lingkungan dan Hygiene Perorangan dengan Kejadian Infeksi Kecacingan pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kelurahan Mangga Dua Kecamatan Kendari.

C.    Tujuan  Penelitian
  1. 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan dengan infeksi kecacingan pada anak usia sekolah dasar di Keluarahan Mangga Dua   Kecamatan Kendari Kota Kendari.

  1. 2. Tujuan Khusus
    1. Untuk mengetahui hubungan antara penyediaan air bersih dengan infeksi kecacingan.
    2. Untuk mengetahui hubungan antara pembuangan tinja dengan infeksi kecacingan.
    3. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan infeksi kecacingan.
    4. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan memakai alas kaki dengan infeksi kecacingan.

D.    Manfaat  Penelitian
  1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmiah, terkhusus. Pada pengetahuan tentang teori dan konsep penyakit kecacingan,yang dapat dikembangkan bagi peneliti selanjutnya.

  1. Manfaat bagi institusi pemerintah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam rangka perencanaan, perbaikan dan pengembangan kualitas sanitasi lingkungan. Sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi kecacingan

  1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian yang dapat membuahkan pokok – pokok pikiran yang kemudian dapat dikembangkan dan disumbangkan untuk menurunkan angka infeksi kecacingan.

  1. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini merupakan pengalaman berharga dalam upaya menambah wawasan ilmu dan pengetahuan tentang hal – hal yang berhubungan dengan kejadian infeksi kecacingan disamping sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana kesehatan masyarakat (SKM) pada FKM-UNHAS.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN TRAUMA TUMPUL ABDOMEN DI RUANG PERAWATAN BAJI ADA II RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR 23 – 25 AGUSTUS 2004

BAB I

PENDAHULUAN

  1. A. Latar Belakang

Trauma tumpul pada abdominal terjadi karena kecelakaan motor jatuh, atau pukulan. Pasien dengan trauma tumpul adalah suatu tantangan karena adanya potensial cedera tersembunyi yang kemungkinan sulit dideteksi.

Dewasa ini trauma melanda dunia bagaikan wabah karena dalam kehidupan modern penggunaan kendaraan automotif dan senjata api semakin luas.

Berdasarkan kasus yang penulis temukan di Rumah Sakit Umum Labuang Baji pada tahun 2003 sebanyak 17 orang laki-laki dan 15 orang perempuan sedangkan pada bulan Januari – Juli tahun 2004 sejumlah 64 orang laki-laki dan 17 orang perempuan dan 2 orang laki-laki meninggal dunia. Menunjukkan dari tahun ke tahun angka penderita semakin meningkat.

Berdasarkan keadaan tersebut di atas penulis tertarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan langsung pada klien dengan trauma tumpul abdomen di Ruang Perawatan Baji Ada II RSUD Labuang Baji Makassar. Penulis berkeinginan untuk mengimplementasikan secara langsung teori yang sudah didapat selama pendidikan, terutama penerapan asuhan keperawatan pada klien.

B.     Tujuan Penulisan

  1. 1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan yang berkaitan dengan Trauma Tumpul Abdomen secara langsung dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

  1. 2. Tujuan Khusus

Memperoleh pengalaman nyata dalam hal :

  1. Proses pengkajian terhadap semua keluhan dan kebutuhan klien sehingga dapat dianalisa dan dibuatkan diagnosa keperawatan yang terjadi pada   Tn. S dengan Trauma Tumpul Abdomen di Ruang Perawatan Baji Ada II RSUD Labuang Baji Makassar.
    1. Menetapkan perencanaan asuhan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan Trauma Tumpul Abdomen di Ruang Perawatan Baji Ada II RSUD Labuang Baji Makassar.
    2. Mengimplementasikan rencana keperawatan pada Tn. S dengan Trauma Tumpul Abdomen di Ruang Perawatan Baji Ada II RSUD Labuang Baji Makassar.
    3. Mengadakan evaluasi asuhan keperawatan pada Tn. S dengan Trauma Tumpul Abdomen di Ruang Perawatan Baji Ada II RSUD Labuang Baji Makassar.
    4. Mengetahui masalah-masalah  yang muncul pada klien dengan Trauma Tumpul Abdomen serta perawatan dalam menanggulangi masalah yang dialami.
    5. Mengetahui sejauh mana kesenjangan yang terjadi antara teori dan fakta yang ditemukan saat melakukan survey langsung pada Tn. S dengan Trauma Tumpul Adomen.
    6. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada Tn. S dengan Trauma Tumpul Abdomen.

C.    Manfaat Penulisan

Beberapa manfaat penulisan karya tulis adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengaplikasikan teori-teori yang penulis peroleh selama menuntut ilmu di Asuhan Keperawatan Anging Mammiri Makassar.
  2. Memperoleh perbandingan antara teori dan praktek keperawatan.
  3. Sebagai acuan dalam melakukan perawatan kepada klien dengan Trauma Tumpul Abdomen dan menambah pengetahuan penulis.
  4. Memotivasi perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
  5. Sebagai data atau bahan bagi mereka yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

D.    Metode Penulisan

Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penulisan karya tulis ini, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :

  1. 1. Studi Kepustakaan

Mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan isi bahan karya tulis yang dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagai kerangka teoretis yang dapat mengarahkan pemikiran yang realistik.

  1. 2. Studi Kasus

Pendekatan yang digunakan dalam studi kasus adalah proses keperawatan yang komprehensif yang meliputi pengkajian data, analisa data, perumusan masalah, penetapan rencana keperawatan, implementasi serta evaluasi dalam asuhan keperawatan.

Adapun teknik yang penulis gunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

  1. Wawancara

Melakukan tanya jawab langsung dengan klien, keluarga, tim medis dan profesi lainnya yang berkaitan dengan kasus Trauma Tumpul Abdomen.

  1. Observasi

Melakukan pengamatan langsung pada klien tentang gejala-gejala yang menunjukkan masalah atau kemajuan klien dan melakukan pemeriksaan fisik (head to toe) melalui proses inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

  1. Studi Dokumentasi

Melihat catatan pada status klien berupa laboratorium, radiologi dan pemeriksaan lainnya yang berkaitan dengan masalah klien serta interpretasi dan tindakan yang diberikan.

E.     Sistematika Penulisan

Bab I         : Pendahuluan, pada bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II       : Tinjauan Pustaka, meliputi konsep dasar medis dan konsep keperawatan.

Bab III      : Tinjauan Kasus, merupakan laporan kasus dari klien meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

Bab IV      : Pembahasan, dalam kasus ini diuraikan kesenjangan antara landasan teori dan fakta yang ada sesuai dengan penerapan asuhan keperawatan.

Bab V       : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.